PURWOKERTO
(KAB. BANYUMAS) SEBAGAI CALON IBUKOTA RI
Oleh: Sunardi
Beberapa
waktu yang lalu Bupati Banyumas, Mardjoko memberitakan bahwa baru saja mendapat
informasi dari Pusat bahwa Purwokerto merupakan peringkat ke 5 sebagai
alternatif calon lokasi pindahnya Ibukota RI. Berita tersebut sebetulnya sudah
lama beredar di masyarakat dengan berbagai tanggapan, baik yang serius maupun
dengan guyonan khas wong Banyumas,
baik pro maupun kontranya.
Bupati
Mardjoko belum memberikan keputusan setuju dan tidaknya sebelum berembug dengan
DPRD Kabupaten Banyumas. Mestinya bukan hanya DPRD Kabupaten Banyumas saja yang
diajak berembug, tapi Pemerintah kabupaten sekitar yang tergabung dalam
Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen)
maupun Kabupaten Brebes dan Tegal khususnya maupun pemerintah Provinsi Jawa
Tengah umumnya, perlu diajak berbicara, karena daerah-daerah itulah yang
sekecil apapun kelak akan mendapat dampak baik positif maupun negatifnya.
Kiranya
pemilihan alternatif lokasi pemindahan Ibukota RI ke Purwokerto bukannya tidak
beralasan, jelas melalui suatu pengamatan dan analisis yang obyektif rasional,
sehingga ditemukan untung dan ruginya baik bagi Pusat maunpun Daerah.
Dari
aspek sosial budaya bahwa budaya masyarakat Banyumas mempunyai berbagai
kekhasan yang sudah banyak dikenal di luar Banyumas adalah bahasa yang khas
yakni logat Banyumas-an, makanan khas (medhoan, kripik, nopia, gethuk goreng),
pakaian batik dengan corak Banyumasan, situs peninggalan pra sejarah dan benda
cagar budaya yang tersebar hampir di seluruh wilayah.
Dalam
aspek sosial politik, sudah lama masyarakat Banyumas dikenal sebagai benteng
pertahanan Pancasila, hampir setiap penyusunan kabinet, ada tokoh dari Banyumas
yang masuk dalam jajaran menteri, suasana politik di daerah yang sejuk
kondusif, yang ditandai dengan tidak adanya huru-hara sejak tahun 1981.
Dalam
bidang pendidikan, diketahui bahwa di wilayah Kabupaten Banyumas khususnya di
kota Purwokerto dan sekitarnya terdapat tidak kurang dari 20 Perguruan TInggi
baik Negeri (PTN) maupun Swasta (PTS), dengan para akademisi yang telah
berkiprah tidak hanya di lingkup lokat tapi telah menyumbangkan karya dan
pemikirannya baik tingkat nasional maupun internasional.
Secara
sosial-ekonomi terdapat kesenjangan yang relatif besar atara kawasan perkotaan
dan kawasan perdesan. Di kawasan perkotaan pendapatan per kapita dapat mencapai
lebih dari Rp. 6 juta per tahun, dengan laju pertumbuhan dapat mencapai 5,5%
per tahun. Di kawasan perdesaan pedapatan per kapita sekitar Rp. 3 juta dengan
laju pertumbuhan sekitar 2,5% per tahun.
Tidak
kalah pentingnya bahwa di Purwokerto terdapat tidak kurang dari 20 cabang dan
perwakilan bank baik bank pemerintah maupun swasta. Data di Bank Indonesia
Purwokerto hingga Juni 2007 menyebutkan, jumlah bank di wilayah BI Purwokerto,
untuk bank umum ada 35 kantor cabang, 44 cabang pembantu, 30 kantor kas, dan
126 BRI Unit, yang jelas sampai sekarang sudah jauh meningkat jumlahnya.
Secara
fisik wilayah Kabupaten Banyumas relatif baik. Konon tidak berada di jalur
lempeng penimbul gempa bumi. Daerah banjir rutin berada di bagian selatan
wilayah Kecamatan: Tambak, Sumpiuh dan Kemranjen. Banjir lokal justru berada di
kawasan perkotaan kota Purwokerto. Suhu udara relatif lebih sejuk dibandingkan
dengan kota-kota pantai.
Secara
geografis letak wilayah Kabupaten Banyumas yang beribukota di Purwokerto,
sangatlah strategis. Wilayah Kabupaten Banyumas berada di titik pertemuan jalur
regional selatan – selatan (Yogyakarta – Bandung) dan penghubung utara –
selatan (Tegal – Cilacap). Titik pertemuan kedua jalur regional tersebut berada
di kota Ibukota Kecamatan Wangon, yang terletak sekitar 30 Km dari bandara
Tunggulwulung (Cilacap) dan sekitar 30 Km dari kota Purwokerto. Jalur jalan
kereta api (double track) dari
Jakarta – Cirebon – Yogyakarta – Surabaya maupun sebaliknya melewati Stasiun
Besar KA Purwokerto.
Berangkat
dari hal-hal sebagaimana tergambar di atas, secara pribadi saya kurang setuju
Purwokerto sebagai Ibukota RI. Biarkan kota Purwokerto sebagai kota wisata
pendidikan dan kota wisata belanja. Bila dipaksakan, akan terlalu besar biaya
yang ditanggung masyarakat untuk mempersiapkan penataan kembali kota Purwokerto
yang layak sebagai Ibukota Negara.
Hal
yang paling baik adalah kota Pemerintahan dibangun dengan membangun kota Wangon
(dan sekitarnya). Dengan pembangunan kota Wangon sebagai kota Ibukota Negara,
pengaruhnya sangat besar terhadap perkembangan ekonomi di bagian barat daya
wilayah Kab. Banyumas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperkecil
kesenjangan income per kapita antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan
yang selama ini terjadi dan seolah diabaikan oleh pemerintah.
Banyumas
ibaratnya Bali, seperti Tampaksiring, istana Presiden dibangun di Kawasan
Cipendok dan jalan dari Pekuncen ke
Baturaden lewat Cipendok ditingkatkan, sebagai penarik pertumbuhan pembangunan,
Baturaden dijadikan Nusadua-nya Banyumas. merealisasi gagasan BATDC tahun
1990an.
Purwokerto, 15 Mei 2011
artikel yang menarik eyang....
BalasHapussalam http://dindik.bms.web.id/
Apa iya si lah mas Mufid .. makasih wis mampir ya mas ....
Hapus