Dari mana kita akan memutusnya .. dan kapan akan memulainya ....
Minggu, 28 Juli 2013
Kamis, 18 Juli 2013
EVALUASI 3 BULAN BEROPERASI
Evaluasi 3 bulan pertama operasional http://eyang-nardi.blogspot.com/ tanggal 19 Mei s/d 18 Juli 2013.
- Jumlah postingan: 93 postingan, atau rata-rata sehari satu postingan
- Jumlah tayangan: 4.054 tayangan, atau rata-rata 43 - 44 tayangan per hari
- 5 (lima) postingan tertinggi:
1. Data Pribadi Eyang Nardi: 236 tayangan;
2. Tlembuk Politik: 164 tayangan;
3. Perkembangan Arsitektur Kota Purwokerto: 100 tayangan;
4. Donga NEKULA: 76 tayangan; dan
5. Bukti Sejarah: 75 tayangan.
Terima kasih kepada semua yang telah pernah singgah, dengan harapan .. sekali dicoba, tetap disuka. Semoga bermanfaat.
- Jumlah postingan: 93 postingan, atau rata-rata sehari satu postingan
- Jumlah tayangan: 4.054 tayangan, atau rata-rata 43 - 44 tayangan per hari
- 5 (lima) postingan tertinggi:
1. Data Pribadi Eyang Nardi: 236 tayangan;
2. Tlembuk Politik: 164 tayangan;
3. Perkembangan Arsitektur Kota Purwokerto: 100 tayangan;
4. Donga NEKULA: 76 tayangan; dan
5. Bukti Sejarah: 75 tayangan.
Terima kasih kepada semua yang telah pernah singgah, dengan harapan .. sekali dicoba, tetap disuka. Semoga bermanfaat.
Purwokerto, 18 Juli 2013 jam 23.27 wib.
Selasa, 16 Juli 2013
BUNGA RAMPAI PERMASALAHAN KOTA DAN DAERAH
TENTANG BUKU
INI
Kata orang
bijak, bahwa tiada kehidupan yang tanpa masalah. Kehidupan adalah tantangan
yang harus diatasi. Permasalahan adalah tanda-tanda adanya kehidupan, dan
kehidupan adalah perkembangan. Namun disadari bahwa di samping manfaat sebagai
dampak positif, sekecil apapun pembangunan juga akan mempunyai dampak negative
baik secara fisik maupun sosial. Untuk itulah sedini mungkin dapat
mengantisipasinya. Itulah tujuan penulisan buku ini adalah sebagai salah satu
alternatif upaya mengantisipasi terjadinya dapak negatif dari perkembangan
dalam melaksanakan pembangunan.
Buku BUNGA RAMPAI PERMASALAHAN KOTA DAN DAERAH
ini merupakan kumpulan pemikiran
penulis tentang berbagai masalah perkotaan dan daerah yang disajikan dalam
bentuk tulisan-tulisan dari ringkasan laporan penelitian, makalah disajikan
dalam beberapa seminar dan lokakarya, artikel-artikel opini di surat kabar dan
majalah serta kumpulan tulisan yang belum dipublikasikan.
Melalui buku
ini penulis mencoba mengungkapkan tetes-tetes percikan masalah yang timbul
dalam rangka pembangunan perkotaan dan daerah. Adapun sistematika penyajiannya
adalah bahwa buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama mengungkap
berbagai permasalahan pembangunan yang sifatnya masih umum terjadi di Indonesia,
bagian kedua berisi permasalahan pembangunan di kota Purwokerto dan sekitarnya, sedang bagian
ketiga tentang seni dan budaya. Secara keseluruhan buku ini lebih menyerupai
kumpulan cerita-cerita pendek dengan bahasa yang sederhana namun mengena,
sehingga tidak membosankan untuk dibaca.
Prof. Ir. Eko
Budihardjo, MSc. mantan Rektor Universitas Diponegoro Semarang sebagai pakar
dan pengamat pembangunan perkotaan tingkat internasional dalam kata pengantar
buku ini berkomentar bahwa: “buku karya Ir. Sunardi, MT.. ini amat berharga
dijadikan acuan bagi berbagai pihak yang peduli pada pembangunan kota dan daerah, tidak hanya di Banyumas dan kota Purwokerto saja
melainkan juga daerah dan kota-kota lain. Gagasan, idea, dan pokok-pokok
pikiran yang terkandung di dalam buku ini layak dikembangkan sebagai wacana
ilmiah dan profesional untuk mengubah keadaan kota dan daerah di segenap pelosok tanah air
agar menjadi lebih manusiawi, layak untuk dihuni, mensejahterakan dan
membahagiakan warganya”.
BUNGA RAMPAI PERMASALAHAN KOTA DAN DAERAH
Oleh: Prof. Ir. Eko
Budihardjo, MSc.
Untuk buku karya Ir.
Sunardi, MT.
Buku yang
mengupas tentang masalah perkotaan di Indonesia masih termasuk langka.
Apalagi yang sekaligus memadukan antara ilmu dan profesi, teori dengan praktek,
idealisme dengan realita, mimpi dengan kenyataan. Kumpulan tulisan yang disusun
dalam wujud buku karya Ir. Sunardi, MT. sebagai seorang arsitek dan perencana kota mengenai daerah Banyumas dan kota Purwokerto dengan segenap lika-likunya
sungguh amat menarik. Sebagai putera daerah, pengamatannya yang jeli,
mengandung muatan ilmiah sekaligus profesional, terasa sangat dalam. Bukan
hanya aspek-aspek fisik-visual yang teraga saja yang diungkapkan, melainkan
juga aspek non fisik yang sering terabaikan oleh berbagai pihak.
Dalam era
globalisasi yang cenderung mengedepankan aspek yang bersifat materialistik yang
lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi ketimbang aspek sosial kemasyarakatan,
lebih tergiur dengan pembangunan fisik ketimbang pelestarian lingkungan, lebih
terpana mengakomodasi sektor formal daripada sektor informal, buku ini dapat
dilihat sebagai salah satu upaya pencerahan.
Salah satu aspek
penting yang selalu harus dijadikan bahan kajian secara berkesinambungan adalah
menyangkut keberlanjutan pembangunan kota
dan daerah, atau yang lazim disebut dengan istilah ‘sustainable development’.
Kaidah yang
mesti dijadikan pegangan dalam upaya mengaktualisasikan gagasan pembangunan
berkelanjutan, saya sebutkan dengan istilah 10 E, sebagai “The Ten Commandments on Sustainable Development”.
Pertama, Environment atau Ekologi, agar
keseimbangan lingkungan kota
dan daerah tetap terjaga, demi keserasian hubungan segitiga manusia – alam –
Sang Pencipta.
Kedua, Employment atau Ekonomi, agar warga kota dan daerah memperoleh
lapangan kerja sesuai dengan kompetensi dan tingkat pendidikan masing-masing,
formal maupun informal dan nonformal.
Ketiga, Empowerment atau pemberdayaan mayarakat, agar rakyat ikut
berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut nasib mereka, tidak
sekedar menjadi obyek.
Keempat, Engagement atau keterlibatan segenap stakeholders, khususnya pihak swasta dalam
wujud semacam public-private partnership,
yang saling menguntungkan.
Kelima, Enforcement, agar rencana tata ruang kota atau wilayah
betul-betul dijadikan acuan dalam pembangunan, dilengkapi mekanisme pengawasan yang
ketat, tegas, konsisten, sehingga pelaksanaan pem-bangunan bisa berjalan sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
Keenam Enjoyment, agar setiap warga kota dan daerah dapat
merasa senang di tempat tinggal masing-masing.
Ketujuh Equality, agar setiap warga diperlakukan
secara adil memiliki akses setara terhadap setiap aset yang ada di kota dan daerah, yang
berupa antara lain perumahan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, sarana dan
prasarana lingkungan.
Kedelapan Energy Conservation, agar dalam
membangun kota
dan daerah tidak boros tetapi hemat energi, lebih mengutamakan jaringan
transportasi publik ketimbang kepentingan kendaraan pribadi.
Kesembilan Ethics of Development, agar setiap pelaku
pembangunan berkiprah tanpa mengakibatkan dampak negatif lingkungan sekitarnya.
Kesepuluh
Estetika, agar kota
dan daerah menjadi lebih indah, memiliki nuansa seni dengan kaidah “A city is a social work of art”.
Buku karya Ir.
Sunardi, MT. ini amat berharga dijadikan acuan bagi berbagai pihak yang peduli
pada pembangunan kota dan daerah, tidak hanya di
Banyumas dan kota
Purwokerto saja melainkan juga daerah dan kota-kota lain.
Gagasan, idea, dan
pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam buku ini layak dikembangkan
sebagai wacana ilmiah dan profesional untuk mengubah keadaan kota dan daerah di segenap pelosok tanah air
agar menjadi lebih manusiawi, layak untuk dihuni, mensejahterakan dan
membahagiakan warganya.
Semarang, 1 Maret 2006
Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.
Jumat, 12 Juli 2013
HASRAT UNTUK BERUBAH
Aku dikirimi oleh seorang teman sebuah puisi ya kurasa sangat baik. Kutidak tahu siapa penulis pertama yang mencipta puisi ini. Kumerasa bahwa anda pun perlu membaca puisi ini, terutama dalam suasana negeri yang sedang gencar-gencarnya menghendaki adanya suatu perubahan ....
Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal
aku bermimpi
mengubah dunia.
Seiring
dengan bertambahnya usia dan kearifanku
ku dapati bahwa dunia tak kunjung berubah. Maka, cita-cita itu pun agak ku persempit
lalu kuputuskan hanya mengubah negeriku
namun, tampaknya hasrat itu pun tiada hasilnya
dengan semangatku yang masih tersisa
ku putuskan untuk mengubah keluargaku
orang-orang yang paling dekat denganku
tetapi celakanya, mereka pun tak mau diubah.
sementara
aku berbaring saat ajal menjelang,
tiba-tiba kusadari, Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
maka dengan menjadikan diriku sebagai tauladan,
mungkin akan bisa mengubah keluargaku.
Kemudian,
berkat inspirasi dan dorongan mereka
bisa jadi,
aku mampu memperbaiki negeriku,
kemudian siapa tahu,
aku bahkan bisa mengubah dunia.
Rabu, 10 Juli 2013
PASRAH ....
Duh Gusti, saestu kula mboten ngerti
duh Biyung, inyong dadi bingung,
Ramane, inyong kon kepriwe kiye
melas, nlangsa, gregeten, kebangeten
campur bawur memper sawur.
Duh Gusti, saestu kula mboten ngerti.
jaman seniki musibah deneng wonten teng pundi-pundi
mboten teng redi, mboten teng kali utawi teng gili
mboten teng desa mboten teng kota utawi segara
sedaya damel sengsara kula sedaya.
Gunung mbledhug, ana lindhu sedina ping pitu ...... likur,
Udane neng dhuwur, kotane blabur
Banjir bandhang nggawa barang pirang-pirang .... ilang
Blabur belet tetep ora gelem debumpet ..... marahi mumet.
Neng dalan kendaraan padha tabrakan
korban klekaran, getih blawahan, wong-wong rebutan ........
penjarahan
prahu kerem, penumpange kelem, nakodane mung merem
alas kobong, umah kobong, marahi atine ora bombong.
Inyong ora bakalan kelalen, sedina sewise bada
brug gantung Baturaden ya melu baen
taline pedhot, wong lanang wadon padha keplorot
Inalillahi wainaillaihi raji’un.
Duh Gusti Allah …
napa kula titah sing kathah salah
kathah prentah sing mboten klampah
Senin, 08 Juli 2013
GURITAN WULAN AJI
Putuku,
Delengen neng ngarepan kana,
lawangan depajang maen angger desawang
umbul-umbul janur duwur mlengkung pating pengkelung
pertanda paring pakurmatan maring para tamu.
Pahit madu sinungging ing pasuryan
sinambut ungeling gendhing cinampur dadi sarine
Para tamu rawuh tindak jumangkah
lon alon linambaran longgaring penggalih
saperlu paring berkah pangestu kanti tulusing kalbu,
arta winungkus dlancang seta lumebetake ing guci pinaes asri
kanggo sarana kekenceng tali silaturahmi.
Putuku,
Ari siki sliramu wis winisuda dadi kaluwarga enggal
kanti sineksenan sadaya sanak kadang datan gothang.
Sugeng silaning akrami, mugia rahmating Gusti lumuntur salaminipun.
Putuku, delengen sengareping lawang ageng
pinasang pepaesan ngemu piwulang gesang kang pantes tinuladan.
Pisang raja gagah ngadeg jejeg jinagang-jagang
pamrih adil kaya raja kang ambeg parama arta
anggonmu ngolah bale somah.
Tebu wulung tinalenan kenceng neng tengen-kiwaning lawang
cengkir gadhing sinandhing gumlindhing ing pinggiring jubin.
Ngemu karep murih kanti manteping kalbu, lan kencenging pikir
anggonmu ngendaleni bale wisma,
tan kentir kenang ombaking samudra hawa kanepson.
Kabeh kuwe kangga sarana mulyaning gesang bebrayan.
Putuku,
sanajan sliramu wus madeg bale wisma sarira
nanging piwulang para pinandhita tan kena supe
iman lan takwa kuwe marganing gesang ingkang adi luhung
Pungkasing catur pinisepuh asesuluh
dadi penganten kuwe seneng,
ningen ora pareng seneng dadi penganten.
Purwokerto, 12 November 2011
Delengen neng ngarepan kana,
lawangan depajang maen angger desawang
umbul-umbul janur duwur mlengkung pating pengkelung
pertanda paring pakurmatan maring para tamu.
Pahit madu sinungging ing pasuryan
sinambut ungeling gendhing cinampur dadi sarine
Para tamu rawuh tindak jumangkah
lon alon linambaran longgaring penggalih
saperlu paring berkah pangestu kanti tulusing kalbu,
arta winungkus dlancang seta lumebetake ing guci pinaes asri
kanggo sarana kekenceng tali silaturahmi.
Putuku,
Ari siki sliramu wis winisuda dadi kaluwarga enggal
kanti sineksenan sadaya sanak kadang datan gothang.
Sugeng silaning akrami, mugia rahmating Gusti lumuntur salaminipun.
Putuku, delengen sengareping lawang ageng
pinasang pepaesan ngemu piwulang gesang kang pantes tinuladan.
Pisang raja gagah ngadeg jejeg jinagang-jagang
pamrih adil kaya raja kang ambeg parama arta
anggonmu ngolah bale somah.
Tebu wulung tinalenan kenceng neng tengen-kiwaning lawang
cengkir gadhing sinandhing gumlindhing ing pinggiring jubin.
Ngemu karep murih kanti manteping kalbu, lan kencenging pikir
anggonmu ngendaleni bale wisma,
tan kentir kenang ombaking samudra hawa kanepson.
Kabeh kuwe kangga sarana mulyaning gesang bebrayan.
Putuku,
sanajan sliramu wus madeg bale wisma sarira
nanging piwulang para pinandhita tan kena supe
iman lan takwa kuwe marganing gesang ingkang adi luhung
Pungkasing catur pinisepuh asesuluh
dadi penganten kuwe seneng,
ningen ora pareng seneng dadi penganten.
Purwokerto, 12 November 2011
Kamis, 04 Juli 2013
BUKTI SEJARAH
Selasa Manis, 7 Januari 1936
Kapan Pemerintah Kab. Banyumas mulai mengadakan acara
NAPAK TILAS BOYONGAN BUPATI BANYUMAS
Kiranya hal tersebut bisa dikemas sebagai atraksi wisata budaya.
Senin, 01 Juli 2013
Langganan:
Postingan (Atom)