Oleh: Prof. Ir. Eko
Budihardjo, MSc.
Untuk buku karya Ir.
Sunardi, MT.
Buku yang
mengupas tentang masalah perkotaan di Indonesia masih termasuk langka.
Apalagi yang sekaligus memadukan antara ilmu dan profesi, teori dengan praktek,
idealisme dengan realita, mimpi dengan kenyataan. Kumpulan tulisan yang disusun
dalam wujud buku karya Ir. Sunardi, MT. sebagai seorang arsitek dan perencana kota mengenai daerah Banyumas dan kota Purwokerto dengan segenap lika-likunya
sungguh amat menarik. Sebagai putera daerah, pengamatannya yang jeli,
mengandung muatan ilmiah sekaligus profesional, terasa sangat dalam. Bukan
hanya aspek-aspek fisik-visual yang teraga saja yang diungkapkan, melainkan
juga aspek non fisik yang sering terabaikan oleh berbagai pihak.
Dalam era
globalisasi yang cenderung mengedepankan aspek yang bersifat materialistik yang
lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi ketimbang aspek sosial kemasyarakatan,
lebih tergiur dengan pembangunan fisik ketimbang pelestarian lingkungan, lebih
terpana mengakomodasi sektor formal daripada sektor informal, buku ini dapat
dilihat sebagai salah satu upaya pencerahan.
Salah satu aspek
penting yang selalu harus dijadikan bahan kajian secara berkesinambungan adalah
menyangkut keberlanjutan pembangunan kota
dan daerah, atau yang lazim disebut dengan istilah ‘sustainable development’.
Kaidah yang
mesti dijadikan pegangan dalam upaya mengaktualisasikan gagasan pembangunan
berkelanjutan, saya sebutkan dengan istilah 10 E, sebagai “The Ten Commandments on Sustainable Development”.
Pertama, Environment atau Ekologi, agar
keseimbangan lingkungan kota
dan daerah tetap terjaga, demi keserasian hubungan segitiga manusia – alam –
Sang Pencipta.
Kedua, Employment atau Ekonomi, agar warga kota dan daerah memperoleh
lapangan kerja sesuai dengan kompetensi dan tingkat pendidikan masing-masing,
formal maupun informal dan nonformal.
Ketiga, Empowerment atau pemberdayaan mayarakat, agar rakyat ikut
berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut nasib mereka, tidak
sekedar menjadi obyek.
Keempat, Engagement atau keterlibatan segenap stakeholders, khususnya pihak swasta dalam
wujud semacam public-private partnership,
yang saling menguntungkan.
Kelima, Enforcement, agar rencana tata ruang kota atau wilayah
betul-betul dijadikan acuan dalam pembangunan, dilengkapi mekanisme pengawasan yang
ketat, tegas, konsisten, sehingga pelaksanaan pem-bangunan bisa berjalan sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
Keenam Enjoyment, agar setiap warga kota dan daerah dapat
merasa senang di tempat tinggal masing-masing.
Ketujuh Equality, agar setiap warga diperlakukan
secara adil memiliki akses setara terhadap setiap aset yang ada di kota dan daerah, yang
berupa antara lain perumahan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, sarana dan
prasarana lingkungan.
Kedelapan Energy Conservation, agar dalam
membangun kota
dan daerah tidak boros tetapi hemat energi, lebih mengutamakan jaringan
transportasi publik ketimbang kepentingan kendaraan pribadi.
Kesembilan Ethics of Development, agar setiap pelaku
pembangunan berkiprah tanpa mengakibatkan dampak negatif lingkungan sekitarnya.
Kesepuluh
Estetika, agar kota
dan daerah menjadi lebih indah, memiliki nuansa seni dengan kaidah “A city is a social work of art”.
Buku karya Ir.
Sunardi, MT. ini amat berharga dijadikan acuan bagi berbagai pihak yang peduli
pada pembangunan kota dan daerah, tidak hanya di
Banyumas dan kota
Purwokerto saja melainkan juga daerah dan kota-kota lain.
Gagasan, idea, dan
pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam buku ini layak dikembangkan
sebagai wacana ilmiah dan profesional untuk mengubah keadaan kota dan daerah di segenap pelosok tanah air
agar menjadi lebih manusiawi, layak untuk dihuni, mensejahterakan dan
membahagiakan warganya.
Semarang, 1 Maret 2006
Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar