Selasa, 16 Juli 2013

BUNGA RAMPAI PERMASALAHAN KOTA DAN DAERAH

 
KATA PENGANTAR
Oleh: Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.

Untuk buku karya Ir. Sunardi, MT.

Buku yang mengupas tentang masalah perkotaan di Indonesia masih termasuk langka. Apalagi yang sekaligus memadukan antara ilmu dan profesi, teori dengan praktek, idealisme dengan realita, mimpi dengan kenyataan. Kumpulan tulisan yang disusun dalam wujud buku karya Ir. Sunardi, MT. sebagai seorang arsitek dan perencana kota mengenai daerah Banyumas dan kota Purwokerto dengan segenap lika-likunya sungguh amat menarik. Sebagai putera daerah, pengamatannya yang jeli, mengandung muatan ilmiah sekaligus profesional, terasa sangat dalam. Bukan hanya aspek-aspek fisik-visual yang teraga saja yang diungkapkan, melainkan juga aspek non fisik yang sering terabaikan oleh berbagai pihak.
Dalam era globalisasi yang cenderung mengedepankan aspek yang bersifat materialistik yang lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi ketimbang aspek sosial kemasyarakatan, lebih tergiur dengan pembangunan fisik ketimbang pelestarian lingkungan, lebih terpana mengakomodasi sektor formal daripada sektor informal, buku ini dapat dilihat sebagai salah satu upaya pencerahan.
Salah satu aspek penting yang selalu harus dijadikan bahan kajian secara berkesinambungan adalah menyangkut keberlanjutan pembangunan kota dan daerah, atau yang lazim disebut dengan istilah ‘sustainable development’.
Kaidah yang mesti dijadikan pegangan dalam upaya mengaktualisasikan gagasan pembangunan berkelanjutan, saya sebutkan dengan istilah 10 E, sebagai “The Ten Commandments on Sustainable Development”.
Pertama, Environment atau Ekologi, agar keseimbangan lingkungan kota dan daerah tetap terjaga, demi keserasian hubungan segitiga manusia – alam – Sang Pencipta.
Kedua, Employment atau Ekonomi, agar warga kota dan daerah memperoleh lapangan kerja sesuai dengan kompetensi dan tingkat pendidikan masing-masing, formal maupun informal dan nonformal.
Ketiga, Empowerment  atau pemberdayaan mayarakat, agar rakyat ikut berperan aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut nasib mereka, tidak sekedar menjadi obyek.
Keempat, Engagement atau keterlibatan segenap stakeholders, khususnya pihak swasta dalam wujud semacam public-private partnership, yang saling menguntungkan.
Kelima, Enforcement, agar rencana tata ruang kota atau wilayah betul-betul dijadikan acuan dalam pembangunan, dilengkapi mekanisme pengawasan yang ketat, tegas, konsisten, sehingga pelaksanaan pem-bangunan bisa berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan.
Keenam Enjoyment, agar setiap warga kota dan daerah dapat merasa senang di tempat tinggal masing-masing.
Ketujuh Equality, agar setiap warga diperlakukan secara adil memiliki akses setara terhadap setiap aset yang ada di kota dan daerah, yang berupa antara lain perumahan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, sarana dan prasarana lingkungan.
Kedelapan Energy Conservation, agar dalam membangun kota dan daerah tidak boros tetapi hemat energi, lebih mengutamakan jaringan transportasi publik ketimbang kepentingan kendaraan pribadi.
Kesembilan Ethics of Development, agar setiap pelaku pembangunan berkiprah tanpa mengakibatkan dampak negatif lingkungan sekitarnya.
Kesepuluh Estetika, agar kota dan daerah menjadi lebih indah, memiliki nuansa seni dengan kaidah “A city is a social work of art”.
Buku karya Ir. Sunardi, MT. ini amat berharga dijadikan acuan bagi berbagai pihak yang peduli pada pembangunan kota dan daerah, tidak hanya di Banyumas dan kota Purwokerto saja melainkan juga daerah dan kota-kota lain.
Gagasan, idea, dan pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam buku ini layak dikembangkan sebagai wacana ilmiah dan profesional untuk mengubah keadaan kota dan daerah di segenap pelosok tanah air agar menjadi lebih manusiawi, layak untuk dihuni, mensejahterakan dan membahagiakan warganya.



 
 Semarang, 1 Maret 2006



Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar