Suara
Merdeka, Jumat, 27 Oktober 2006
Tujuh Pengelola Diperiksa
Baja
Sling Sudah Lama Rusak
PURWOKERTO - Menyusul ambrolnya jembatan gantung
Lokawisata Baturraden, Polres Banyumas telah memeriksa tujuh orang yang
bertanggung jawab atas pengelolaan jembatan itu. Mereka diperiksa dengan
kapasitas sebagai saksi.
Ketujuh orang itu adalah karyawan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banyumas yang bertugas sebagai pengontrol
jembatanTarikun dan Tarso, Kepala Bidang Objek dan Pemasaran Wisata Disparbud
Darwis Cahyono, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lokawisata Baturraden Joko
Haryanto, serta karyawan bagian tata usaha dan petugas kebersihan Lokawisata
Rustam, Rohadi, dan Surono.
Kapolda Jateng Irjen Drs Dody Sumantyawan HS SH didampingi
Kapolwil Banyumas Kombes Drs Emron Putra Agung dan Kapolres Banyumas AKBP Drs
Suherman, kemarin meninjau jembatan gantung yang ambrol itu.
Dody menyatakan setiap ada peristiwa apalagi sampai
menimbulkan korban jiwa, polisi sudah pasti akan menggelar penyelidikan. Hal
itu dilakukan untuk mengetahui kenapa peristiwa tersebut bisa terjadi.
Saksi Ahli
Saat ini, penyelidikan masih berjalan. Polisi tak hanya
memeriksa pihak pengelola, tetapi juga memerintahkan Laboratorium Forensik
(Labfor) Mabes Polri Cabang Semarang untuk melakukan penelitian. Polisi pun
akan meminta keterangan dari saksi ahli dari Dinas Pekerjaan Umum.
"Penyelidikan itu untuk mengetahui apakah terdapat
unsur pidana dalam peristiwa tersebut. Meski bukan karena faktor kesengajaan,
tetap harus digali apakah ada kelalaian atau tidak. Kalau ada, siapa yang
lalai," ujar dia.
Hingga kemarin, jajaran Polres Banyumas telah memeriksa
empat orang yang ikut bertanggung jawab atas pengelolaan jembatan gantung,
serta tiga orang yang mengetahui saat jembatan itu ambrol.
Kasat Reskrim AKP Widada menambahkan, empat pengelola yang
diperiksa sebagai saksi mengaku selama ini jembatan gantung tidak dikontrol dan
diawasi secara baik dan benar.
Polisi yang melakukan pemeriksaan di lokasi juga mendapati
baja sling jembatan sudah bertahun-tahun rantas, banyak satuan kawat baja yang
putus. Namun kondisi ini dibiarkan saja dan tak pernah dikontrol.
"Polisi sudah mengambil potongan baja sling yang
rantas. Baja sling itu rantas bukan hanya saat jembatan ambrol. Sling sudah
bertahun-tahun rantas dan dibiarkan, tanpa upaya perbaikan," ujar dia.
Jembatan gantung Lokawisata Baturraden itu yang memiliki
panjang 25 meter dan lebar satu meter itu membentang di atas Sungai Gumawang
dengan ketinggian 20 meter dari permukaan sungai. Jembatan itu juga sudah
berusia 23 tahun. Menurut mantan Kepala Badan Pengelola Objek Wisata Baturraden
(1967-1990) Soegeng Wijono, ide membangun jembatan itu muncul pada tahun 1974
atau saat era kepemimpinan Bupati Pujadi Jaring Bandayuda.
Saat itu diputuskan Baturraden bakal menjadi
"gula" bagi pengembangan Banyumas wilayah utara. Karena itu,
fasilitas Baturraden harus ditambah agar mempermudah wisatawan. Sebuah jembatan
gantung dirancang sebagai penghubung antara kawasan lokawisata dan bumi
perkemahan. Dengan jembatan itu, wisatawan tidak perlu memutar jauh. Saat
dibangun, jembatan itu memang dirancang hanya untuk 10 orang, sehingga ada
rambu-rambu dan dijaga oleh petugas pengawas. Orang juga tidak boleh berhenti
di jembatan karena beban akan terkonsentrasi di satu titik. Pembangunannya baru
terealisasi saat kepemimpinan Bupati Rudjito pada tahun 1983.
Saat kejadian, di atas jembatan terdapat 50 pengunjung
lebih. Memang ketika Lebaran, tidak hanya jembatan yang kelebihan muatan.
"Baik jalan maupun lapangan parkir di Baturraden pasti kelebihan muatan.
Karena itu, jembatan harus selalu dikontrol sebelum Lebaran. Jembatan juga
pernah ditutup karena rusak. Namun terkadang, pengunjung tidak peduli dengan
peringatan petugas," ujar dia.
Soegeng mengalami sendiri, pengunjung tidak menggubris
peringatan petugas. "Anak laki-laki sering menggoyang-goyang jembatan
gantung yang sedang terbebani pengunjung. Saat saya peringatkan, mereka malah
bilang, biarin kami kan sudah bayar," tutur dia.
Kapolda
Jateng mengungkapkan penyesalannya atas musibah yang menelan korban jiwa itu. Dia
meminta peristiwa tersebut menjadi pelajaran agar pada masa mendatang,
pengelola objek wisata atau tempat rekreasi lebih mempersiapkan sarana serta
fasilitas agar tidak terjadi kecelakaan.
Salah satu saran dia sampaikan, ketika sudah diperbaiki, di
mulut jembatan gantung itu dipasangi tulisan kapasitas muatannya dan dilakukan
pengawasan serta pemeliharaan secara rutin.
Sementara itu, satu lagi korban yang dirawat di rumah
sakit, kemarin pagi meninggal. Korban terakhir itu adalah Slamet Wahyudi (30)
warga Desa Kedunglegok, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga.
Dengan demikian, hingga semalam, korban meninggal akibat
jembatan ambrol menjadi tujuh orang. Mereka adalah Endang (16) warga Kadokan
Agung Kecamatan Kadokan Bunder Kabupaten Indramayu, Suzana (30) warga Jl
Sampangan Gang 2 No 1 Pekalongan, Yuli Puspasari (32) yang sedang hamil lima
bulan asal Jl Sampangan Gang 2 No 1 Pekalongan, Sudiyati (24) warga Cikarang
Jawa Barat, Safitri (18) asal Kadokan Agung Kecamatan Kadokan Bundar Indramayu,
Vina (5) asal Jl Sampangan Gang 2 No 1 Pekalongan, Slamet Wahyudi (30) asal
Kemangkon Purbalingga.
Selain tewas akibat jembatan ambrol, seorang lagi
Miftahudin meninggal karena tenggelam di kedung Sungai Sungai Gumawang. Dengan
demikian, dalam tragedi yang terjadi di Baturraden, jumlah korban tewas
mencapai 8 orang. Untuk korban luka-luka, dari 14 orang yang semula dibawa ke
RSU Wijayakusuma, kini tersisa enam orang yang masih harus dirawat. Seorang
pasien, Kris Nataniel (5) asal Pekalongan yang tulang pahanya patah, dirujuk ke
Solo. Sementara dari 9 korban luka-luka yang dirawat di RSUD Margono Soekarjo,
lima di antaranya sedang menjalani persiapan bedah tulang dan syaraf. Empat
orang lainnya berangsur-angsur membaik dan pada hari Jumat (27/10) ini
diizinkan pulang.
Sekda Banyumas Singgih Wiranto mengatakan, seluruh biaya
pengobatan dan perawatan korban ditanggung Pemkab Banyumas. Korban meninggal
juga akan menerima santunan, Rp 5 juta/orang. Jenazah mereka pun sudah diantar
hingga rumah masing-masing.
Menyusul peristiwa tragis tersebut, personel pengamanan
terpadu di kawasan wisata Baturraden, kemarin ditambah. Selain aparat Brimob
dari Polwil, juga dilibatkan polwan dan LSM untuk memandu para wisatawan saat
berada di dalam lokawisata Baturraden.
Sejumlah polwan memakai megaphone saat meminta
pengunjung untuk tidak mendekati lokasi-lokasi yang rawan, seperti tebing
sungai, sungai, kolam renang, dan lokasi perbukitan. Hal itu dilakukan karena
pengunjung terus membeludak sedangkan jumlah petugas Dinas Pariwisata terbatas.
Bupati Banyumas HM Aris Setiono mengatakan, atas kejadian
itu, Gubernur Jateng Mardiyanto mengintruksikan kepada semua kepala daerah yang
wilayahnya memiliki objek wisata untuk memantau dan meminta para wisatawan agar
tidak mendekati tempat-tempat yang rawan kecelakaan.
Ahli planologi Fakultas Teknik Unwiku Ir. Sunardi, MT. menjelaskan, putusnya sling jembatan gantung itu
merupakan cerminan umum masyarakat Indonesia. "Masyarakat kita memang bisa
membangun, tetapi sering mengabaikan pemeliharaan," ujar dia, kemarin.
Ketua Harian Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP)
Didi Rudwianto mengatakan, rehabilitasi terakhir jembatan gantung dilakukan
pada tahun 2005 lalu. Hal itu dilakukan untuk mempercantik wajah bangunan.
Yakni, dicat dan dicek kondisi kawat-kawat slingnya.
"Sejak dibangun hingga sekarang, sudah dua kali
diperbaiki, antara lain pada tahun 1988. Namun itu hanya untuk perawatan dan
pemeliharaan," ujar dia. Pemkab pun berencana membuat jembatan permanen
sebagai pengganti jembatan gantung. (G23,G22,shs,P16-42,46m)
JADI TONTONAN:Lokasi
jembatan gantung yang ambrol menjadi tontonan para pengunjung Lokawisata
Baturraden, Kamis (26/10). Para pengunjung kebanyakan melihat lokasi jembatan
yang ambrol itu dari Sungai Gumawang yang mengalir di bawahnya.(30a)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar