Sugeng Priyadi Yakin 22 Februari
“Jadi
konyol kalau melakukan perayaan-perayaan peringatan hari jadi, tetapi
di tanggal yang tidak pas. Apalagi sudah ada temuan-temuan yang merujuk
pada tanggal yang lebih bisa dipertanggung jawabkan,” -Profesor Sugeng
Priyadi, Sejarawan Banyumas-
PURWOKERTO, SATELITPOST-Tanggal
penetapan hari jadi Kabupaten Banyumas perlu direvisi dan diluruskan.
Hingga saat ini, tanggal peringatan tersebut diperingati tiap 6 April.
Menurut sejarawan Banyumas, Profesor Sugeng Priyadi, tanggal penetapan
hari jadi diyakininya pada 22 Februari.
Beredar
informasi dari Prof Sugeng Priyadi dan Saeran Samsidi, pegiat Dewan
Kesenian Kabupaten Banyumas (DKKB), mulai 2016 mendatang, Pemkab
Banyumas bakal merivisi tanggal tersebut menjadi 22 Februari. Meski
demikian, kabar ini belum mendapat konfirmasi meyakinkan dari Bupati
Banyumas, Ir Achmad Husein.
Prof
Sugeng meyakini, masalah perubahan hari jadi Banyumas sudah tuntas
dibahas dan tinggal dilakukan sosialisasi sebelum penerapan
perubahannya. Persoalan penetapan hari jadi yang tertuang dalam Perda
Nomor 2 Tahun 1990 itu, diakui Prof Sugeng tampak sepele. Tetapi, hal
itu menjadi penting karena peringatan hari jadi yang selama ini (6
April, red) tidak dilandasi fakta atau landasan kuat.
“Jadi
konyol kalau melakukan perayaan-perayaan peringatan hari jadi, tetapi
di tanggal yang tidak pas. Apalagi sudah ada temuan-temuan yang merujuk
pada tanggal yang lebih bisa dipertanggung jawabkan,” ujar Prof Sugeng
ditemui SatelitPost di meja kerjanya di lantai III, Gedung Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jumat (6/2).
Hal yang sama disampaikan Saeran Samsidi dalam naskah opini yang dimuat SatelitPost
pada Kamis (5/2). Soal perubahan penetapan tanggal hari jadi dari 6
April 1582 menjadi 22 Februari 1571 sebagai kala berdirinya Kabupaten
Banyumas ia menulis: ..gendhu-gendhu rasa dengan Pak Husein, Bupati
Banyumas di ndalem alit di belakang Pendapa Si Panji bersama-sama dengan
Tim Pokja Eling Budaya Banyumas seperti Dr Rawuh dari LPPM Unsoed,
Jarot Setyoko, Bambang Widodo, Eyang Nardi, Badhor Kayu, dan Mas Ganjar,
Kang Husein membenarkan. Namun pelaksanaannya mulai tahun 2016 nanti.
Perubahannya sedang digodog dan direncanakan akan diselenggarakan
diskusi, seminar, dan dialog dengan berbagai komponen masyarakat
Banyumas.
Terkait rerubahan tangal itu menurut Prof Sugeng sudah fiks atau pasti.
“Penerapannya
baru dilaksanakan tahun depan. Di Banyumas ini sudah terlau banyak yang
tidak sesuai sejarah, akhirnya kehilangan nilai-nilai sakralnya,”
katanya.
Selain menetapkan hari jadi
Banyumas, Prof Sugeng juga merasa, beberapa ritual peringatan hari jadi
juga dirumuskan lebih mendalam. Sehingga, tidak kehilangan esensi dan
nilai sakralnya yang ke depan menjadi lebih kuat jika mau dijadikan
sebagai potensi wisata budaya.
“Saya
juga tidak tahu bagaiman fakta sejarahnya peringatan hari jadi itu
mengarak pusaka yang dilepas dari pendopo wakil Bupati. Kenapa tidak
dilakukan di Banyumas kota lama yang betul-betul tempatnya. Prosesinya
perli dikaji juga dari naskah-naskah kuno Banyumas,” ujarnya. (dedyafrengki@yahoo.co.id)
Tercantum dalam Naskah Kuno Kalibening
PENETAPAN
hari jadi Banyumas tanggal 6 April 1582 terjadi di era kepemimpinan
Bupati (alm) Djoko Sudantoko. Saat itu, kata Prof Sugeng, bupati
memerintahkan untuk melakukan pengkajian sejarah terkait hari jadi
Banyumas. Saat ditetapkan tanggal tersebut sebagai hari jadi, Prof
Sugeng tahu persis, Bupati Djoko merasa tidak cukup yakin dengan hasil
itu.
“Bupati Djoko waktu itu merasa
kurang yakin, karena tidak ada sumber sejarah yang valid mengenai
tanggal itu,” katanya mengingat penetapan hari Jadi Banyumas yang
diputuskan saat seminar hari jadi tanggal 14 Nov tahun 1989 silam.
Sejak
tahun 1988, Prof Sugeng sebetulnya sudah memulai penelitian penelusuran
hari jadi Banyumas. Tetapi, hingga akhirnya ditetapkan dalam Perda pada
tahun 1990, dia belum juga menemukan fakta sejarahnya. Begitu mendapat
perintah dari Bupati Djoko, Prof Sugeng diminta membuat proposal untuk
lakukan penelitian mendalam.
“Dengan
senang hati saya lakukan penelitian mendalam. Perlu diketahui, proyek
penelitian itu Nol Rupiah. Alias tanpa dana,” ujarnya.
Prof
Sugeng akhirnya menemukan fakta yang membuatnya lebih yakin mengenai
hari jadi Banyumas. Dalam naskah kuno Kali Bening yang ditulis dengan
huruf Jawa kuno abad 16-17-an itu, disebutkan bahwa pada hari Kamis Wage
atau Rabu Pon sore tanggal 27 Ramadhan, Djoko Kahiman diangkat oleh
Sultan Hadiwijaya sebagai Adipati Wirasaba. Fakta itu juga sinkron
dengan yang disebutkan dalam Naskah Babad Banyumas dari Kedung Wuluh,
bahwa Djoko Kahiman diangkat menjadi Adipati tahun 1571.
“Saya
kemudian mengurai fakta dari dua naskah tertua Banyumas itu. Setelah di
terjemahkan ke penanggalan Masehi, maka ditemukan tanggal 22 Februari
1571,” kata Prof Sugeng. (dedy afrengki)
Prof. Dr. Drs. Sugeng Priyadi, M.Hum.