PURWOKERTO,
SATELITPOST- Sejarawan Banyumas, Prof Sugeng
Priyadi MHum melakukan re-launching bukunya yang berjudul Menuju Keemasan
Banyumas, Kamis (5/3) siang. Peluncuran buku ini bertepatan dengan peringatan
hari ulang tahunnya yang ke-50.
“Secara
bertahap, Banyumas sedang menuju masa kejayaannya lagi. Ini sudah menjadi
manifestasi cita-cita pemimpin pertama Banyumas yakni Adipati Mrapat,” kata
Prof Sugeng di sela-sela bedah buku di Cafe
Djagongan, Bancarkembar.
Ia
menambahkan, hanya saja saat ini, wong Mbanyumas menyepelekan Sejarah.
Kesadarannya untuk menjaga, menelaah dan mempelajari sejarahnya sangat kurang.
“Buktinya
untuk mencari kebenaran hari jadi daerahnya butuh waktu 25 tahun, dan belum
selesai. Padahal fakta sejarahnya sudah ada,” kata Guru Besar Sejarah di
Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Ia
menambahkan, tidak sepakat bahwa orang Banyumas yang secara geografis berletak
jauh dari pusat kerjaan, tidak memiliki budaya yang hebat. Budaya menulis yang
dituangkan dalam kulit kayu, sudah dilakukan orang Banyumas sejak abad ke-16.
Bahkan warisan yang disebutnya Mahakarya itu, masih terjaga dengan baik hingga
kini seperti di Dukuh Kalibening, Desa Dawuhan, Banyumas. Dari isi dan pesan
yang tertuang dalam tulisan-tulisan leluhur itu, menjadi cermin karakter asli
wong Mbanyumas.
Sebagai
warisan budaya non benda, nilai-nilai budaya itulah yang kata Prof Sugeng,
menjadi warisan yang tak ternilai harganya untuk generasi Banyumas pada masa
sekarang untuk dijadikan pedoman tingkah laku di masyarakat. Misalnya saja
ungkapan yang juga menjadi pesan dari sang ayah kepada Prof Sugeng, Sapa sing
temen bakal tinemu yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.
Sementara
Prof Husain Haikal, Dosen Sejarah UNY, penyunting ahli yang menjadi pembedah
buku itu mengakui, apa yang disajikan Prof Sugeng dalam bukunya cukup menarik
untuk ditelaah. Kepakaran Prof Sugeng tentang Banyumas tak perlu diragukan
lagi.
Dia
juga mengungkap beberapa hal yang menurutnya akan lebih menarik lagi jika
disampaikan dalam tulisan tersebut. Sajian menuju keemasan Banyumas ini kata
Prof Haikal yang sudah menjadi sahabat lama bagi penulis, merupakan kumpulan
tulisan Sugeng Priyadi yang pernah diterbitkan di berbagai tempat. Sebagian di
beberapa surat kabar lokal.
“Secara
umum buku ini menarik dan kelak akan tercatat dalam sejarah. Meski pun ada
beberapa hal yang kurang, tetapi lebih kepada teknis dan kelengkapan dalam
penulisannya saja,” kata Prof Haikal.
Buku
yang diterbitkan ulang kemarin, sebelumnya pernah diterbitkan pada tahun 2012
dengan judul ‘Banyumas: antara Jawa dan Sunda’. Tetapi setelah ditelaah, isi
buku tersebut sedikit melenceng karena proses editing yang kurang sempurna.
Waktu itu kata Prof Sugeng, editor bukunya bukan orang yang paham dengan
Banyumas.
Sebanyak
500 eksemplar buku yang bermaterikan ‘hasil sampingan’ kajian saat Prof Sugeng
menyelesaikan studi S2-nya itu, akhirnya kembali diterbitkan bertepatan dengan
ulang tahun ke-50 sang penulis. Prof Sugeng Riyadi menerbitkannya dengan
menjalin kerjasama bersama penerbit Satria Indra Prasta (SIP) Publishing, UMP,
dan Pustaka Pelajar. (enk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar