Jumat, 06 Maret 2015

Wong Mbanyumas Jangan Sepelekan Sejarah




PURWOKERTO, SATELITPOST- Sejarawan Banyumas, Prof Sugeng Priyadi MHum melakukan re-launching bukunya yang berjudul Menuju Keemasan Banyumas, Kamis (5/3) siang. Peluncuran buku ini bertepatan dengan peringatan hari ulang tahunnya yang ke-50.
“Secara bertahap, Banyumas sedang menuju masa kejayaannya lagi. Ini sudah menjadi manifestasi cita-cita pemimpin pertama Banyumas yakni Adipati Mrapat,” kata Prof Sugeng di sela-sela bedah buku di Cafe Djagongan, Bancarkembar.
Ia menambahkan, hanya saja saat ini, wong Mbanyumas menyepelekan Sejarah. Kesadarannya untuk menjaga, menelaah dan mempelajari sejarahnya sangat kurang.
“Buktinya untuk mencari kebenaran hari jadi daerahnya butuh waktu 25 tahun, dan belum selesai. Padahal fakta sejarahnya sudah ada,” kata Guru Besar Sejarah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Ia menambahkan, tidak sepakat bahwa orang Banyumas yang secara geografis berletak jauh dari pusat kerjaan, tidak memiliki budaya yang hebat. Budaya menulis yang dituangkan dalam kulit kayu, sudah dilakukan orang Banyumas sejak abad ke-16. Bahkan warisan yang disebutnya Mahakarya itu, masih terjaga dengan baik hingga kini seperti di Dukuh Kalibening, Desa Dawuhan, Banyumas. Dari isi dan pesan yang tertuang dalam tulisan-tulisan leluhur itu, menjadi cermin karakter asli wong Mbanyumas.
Sebagai warisan budaya non benda, nilai-nilai budaya itulah yang kata Prof Sugeng, menjadi warisan yang tak ternilai harganya untuk generasi Banyumas pada masa sekarang untuk dijadikan pedoman tingkah laku di masyarakat. Misalnya saja ungkapan yang juga menjadi pesan dari sang ayah kepada Prof Sugeng, Sapa sing temen bakal tinemu yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.
Sementara Prof Husain Haikal, Dosen Sejarah UNY, penyunting ahli yang menjadi pembedah buku itu mengakui, apa yang disajikan Prof Sugeng dalam bukunya cukup menarik untuk ditelaah. Kepakaran Prof Sugeng tentang Banyumas tak perlu diragukan lagi.
Dia juga mengungkap beberapa hal yang menurutnya akan lebih menarik lagi jika disampaikan dalam tulisan tersebut. Sajian menuju keemasan Banyumas ini kata Prof Haikal yang sudah menjadi sahabat lama bagi penulis, merupakan kumpulan tulisan Sugeng Priyadi yang pernah diterbitkan di berbagai tempat. Sebagian di beberapa surat kabar lokal.
“Secara umum buku ini menarik dan kelak akan tercatat dalam sejarah. Meski pun ada beberapa hal yang kurang, tetapi lebih kepada teknis dan kelengkapan dalam penulisannya saja,” kata Prof Haikal.
Buku yang diterbitkan ulang kemarin, sebelumnya pernah diterbitkan pada tahun 2012 dengan judul ‘Banyumas: antara Jawa dan Sunda’. Tetapi setelah ditelaah, isi buku tersebut sedikit melenceng karena proses editing yang kurang sempurna. Waktu itu kata Prof Sugeng, editor bukunya bukan orang yang paham dengan Banyumas.
Sebanyak 500 eksemplar buku yang bermaterikan ‘hasil sampingan’ kajian saat Prof Sugeng menyelesaikan studi S2-nya itu, akhirnya kembali diterbitkan bertepatan dengan ulang tahun ke-50 sang penulis. Prof Sugeng Riyadi menerbitkannya dengan menjalin kerjasama bersama penerbit Satria Indra Prasta (SIP) Publishing, UMP, dan Pustaka Pelajar. (enk)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar