Purwokerto - Cahunsoed, Kamis (15/1), Filosofi alun-alun hilang setelah
direnovasi. Pasalnya jalan tengah pada alun-alun yang berarti pemisah hal baik
dan buruk serta pohon beringin kurung yang berarti simbol pengayoman sudah
tidak ada. Eyang Nardi selaku
pengamat tata kota dalam diskusi LKB (Lingkar Kajian Banyumas) pada Kamis
(15/01) sore membenarkan hal tersebut.
“Harusnya jalan tengah nggak boleh dihilangkan, dan pohon
beringin kurung juga harus tetap ada. Kalo keduanya nggak ada ya hilang
filosofinya” Katanya.
Eyang Nardi menambahkan bahwa ia juga tak setuju adanya
renovasi tersebut. Alasanya, alun-laun sudah merupakan ruang terbuka hijau dan
tidak perlu setiap pergantian bupati harus merenovasinya. “Orang membangun kota
itu tidak seperti memasang lukisan yang kalau tidak suka bisa dicopot kapan saja.”
Menurut penuturan Sekretaris DCKKTR
Junaidi, direnovasinya alun-alun mengacu pada UU no 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang. Di awal diskusi Junaedi pun menjelaskan bahwa perubahan
alun-alun diperbolehkan sepanjang tidak merubah filosofi.
Menurutnya alun-alun Purwokerto yang sekarang ini jauh
lebih bagus dari pada alun-alun daerah lain. Hal ini dibuktikan dengan
penambahan fasilitas yang semakin mempercantik alun-alun. “Alun-alun Purwokerto
sekarang kan bisa jadi patokan, itu
loh yang ada
air mancurnya,” kata Junaidi. (TRI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar