Baja Sling Sudah Lama Rusak
Tujuh Pengelola Diperiksa
PURWOKERTO
- Menyusul ambrolnya jembatan gantung
Lokawisata Baturraden, Polres Banyumas telah memeriksa tujuh orang yang
bertanggung jawab atas pengelolaan jembatan itu. Mereka diperiksa dengan
kapasitas sebagai saksi.
Ketujuh
orang itu adalah karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten
Banyumas yang bertugas sebagai pengontrol jembatanTarikun dan Tarso, Kepala
Bidang Objek dan Pemasaran Wisata Disparbud Darwis Cahyono, Kepala Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Lokawisata Baturraden Joko Haryanto, serta karyawan
bagian tata usaha dan petugas kebersihan Lokawisata Rustam, Rohadi, dan Surono.
Kapolda
Jateng Irjen Drs Dody Sumantyawan HS SH didampingi Kapolwil Banyumas Kombes Drs
Emron Putra Agung dan Kapolres Banyumas AKBP Drs Suherman, kemarin meninjau
jembatan gantung yang ambrol itu.
Dody
menyatakan setiap ada peristiwa apalagi sampai menimbulkan korban jiwa, polisi
sudah pasti akan menggelar penyelidikan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
kenapa peristiwa tersebut bisa terjadi.
Saksi Ahli
Saat
ini, penyelidikan masih berjalan. Polisi tak hanya memeriksa pihak pengelola,
tetapi juga memerintahkan Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang
Semarang untuk melakukan penelitian. Polisi pun akan meminta keterangan dari
saksi ahli dari Dinas Pekerjaan Umum.
"Penyelidikan
itu untuk mengetahui apakah terdapat unsur pidana dalam peristiwa tersebut.
Meski bukan karena faktor kesengajaan, tetap harus digali apakah ada kelalaian
atau tidak. Kalau ada, siapa yang lalai," ujar dia.
Hingga
kemarin, jajaran Polres Banyumas telah memeriksa empat orang yang ikut
bertanggung jawab atas pengelolaan jembatan gantung, serta tiga orang yang
mengetahui saat jembatan itu ambrol.
Kasat
Reskrim AKP Widada menambahkan, empat pengelola yang diperiksa sebagai saksi
mengaku selama ini jembatan gantung tidak dikontrol dan diawasi secara baik dan
benar.
Polisi
yang melakukan pemeriksaan di lokasi juga mendapati baja sling jembatan sudah
bertahun-tahun rantas, banyak satuan kawat baja yang putus. Namun kondisi ini
dibiarkan saja dan tak pernah dikontrol.
"Polisi
sudah mengambil potongan baja sling yang rantas. Baja sling itu rantas bukan
hanya saat jembatan ambrol. Sling sudah bertahun-tahun rantas dan dibiarkan,
tanpa upaya perbaikan," ujar dia.
Jembatan
gantung Lokawisata Baturraden itu yang memiliki panjang 25 meter dan lebar satu
meter itu membentang di atas Sungai Gumawang dengan ketinggian 20 meter dari
permukaan sungai. Jembatan itu juga sudah berusia 23 tahun. Menurut mantan
Kepala Badan Pengelola Objek Wisata Baturraden (1967-1990) Soegeng Wijono, ide
membangun jembatan itu muncul pada tahun 1974 atau saat era kepemimpinan Bupati
Pujadi Jaring Bandayuda.
Saat
itu diputuskan Baturraden bakal menjadi "gula" bagi pengembangan
Banyumas wilayah utara. Karena itu, fasilitas Baturraden harus ditambah agar
mempermudah wisatawan. Sebuah jembatan gantung dirancang sebagai penghubung
antara kawasan lokawisata dan bumi perkemahan. Dengan jembatan itu, wisatawan
tidak perlu memutar jauh. Saat dibangun, jembatan itu memang dirancang hanya
untuk 10 orang, sehingga ada rambu-rambu dan dijaga oleh petugas pengawas.
Orang juga tidak boleh berhenti di jembatan karena beban akan terkonsentrasi di
satu titik. Pembangunannya baru terealisasi saat kepemimpinan Bupati Rudjito
pada tahun 1983.
Saat
kejadian, di atas jembatan terdapat 50 pengunjung lebih. Memang ketika Lebaran,
tidak hanya jembatan yang kelebihan muatan. "Baik jalan maupun lapangan
parkir di Baturraden pasti kelebihan muatan. Karena itu, jembatan harus selalu
dikontrol sebelum Lebaran. Jembatan juga pernah ditutup karena rusak. Namun
terkadang, pengunjung tidak peduli dengan peringatan petugas," ujar dia.
Soegeng
mengalami sendiri, pengunjung tidak menggubris peringatan petugas. "Anak
laki-laki sering menggoyang-goyang jembatan gantung yang sedang terbebani
pengunjung. Saat saya peringatkan, mereka malah bilang, biarin kami kan
sudah bayar," tutur dia.
Kapolda
Jateng mengungkapkan penyesalannya atas musibah yang menelan korban jiwa itu.
Dia meminta peristiwa tersebut menjadi pelajaran agar pada masa mendatang,
pengelola objek wisata atau tempat rekreasi lebih mempersiapkan sarana serta
fasilitas agar tidak terjadi kecelakaan.
Salah
satu saran dia sampaikan, ketika sudah diperbaiki, di mulut jembatan gantung
itu dipasangi tulisan kapasitas muatannya dan dilakukan pengawasan serta
pemeliharaan secara rutin.
Sementara
itu, satu lagi korban yang dirawat di rumah sakit, kemarin pagi meninggal.
Korban terakhir itu adalah Slamet Wahyudi (30) warga Desa Kedunglegok,
Kecamatan Kemangkon, Purbalingga.
Dengan
demikian, hingga semalam, korban meninggal akibat jembatan ambrol menjadi tujuh
orang. Mereka adalah Endang (16) warga Kadokan Agung Kecamatan Kadokan Bunder
Kabupaten Indramayu, Suzana (30) warga Jl Sampangan Gang 2 No 1 Pekalongan,
Yuli Puspasari (32) yang sedang hamil lima bulan asal Jl Sampangan Gang 2 No 1
Pekalongan, Sudiyati (24) warga Cikarang Jawa Barat, Safitri (18) asal Kadokan Agung
Kecamatan Kadokan Bundar Indramayu, Vina (5) asal Jl Sampangan Gang 2 No 1
Pekalongan, Slamet Wahyudi (30) asal Kemangkon Purbalingga.
Selain
tewas akibat jembatan ambrol, seorang lagi Miftahudin meninggal karena
tenggelam di kedung Sungai Sungai Gumawang. Dengan demikian, dalam tragedi yang
terjadi di Baturraden, jumlah korban tewas mencapai 8 orang. Untuk korban
luka-luka, dari 14 orang yang semula dibawa ke RSU Wijayakusuma, kini tersisa
enam orang yang masih harus dirawat. Seorang pasien, Kris Nataniel (5) asal
Pekalongan yang tulang pahanya patah, dirujuk ke Solo. Sementara dari 9 korban
luka-luka yang dirawat di RSUD Margono Soekarjo, lima di antaranya sedang
menjalani persiapan bedah tulang dan syaraf. Empat orang lainnya
berangsur-angsur membaik dan pada hari Jumat (27/10) ini diizinkan pulang.
Sekda
Banyumas Singgih Wiranto mengatakan, seluruh biaya pengobatan dan perawatan
korban ditanggung Pemkab Banyumas. Korban meninggal juga akan menerima
santunan, Rp 5 juta/orang. Jenazah mereka pun sudah diantar hingga rumah
masing-masing.
Menyusul
peristiwa tragis tersebut, personel pengamanan terpadu di kawasan wisata
Baturraden, kemarin ditambah. Selain aparat Brimob dari Polwil, juga dilibatkan
polwan dan LSM untuk memandu para wisatawan saat berada di dalam lokawisata
Baturraden.
Sejumlah
polwan memakai megaphone saat meminta pengunjung untuk tidak mendekati
lokasi-lokasi yang rawan, seperti tebing sungai, sungai, kolam renang, dan
lokasi perbukitan. Hal itu dilakukan karena pengunjung terus membeludak
sedangkan jumlah petugas Dinas Pariwisata terbatas.
Bupati
Banyumas HM Aris Setiono mengatakan, atas kejadian itu, Gubernur Jateng
Mardiyanto mengintruksikan kepada semua kepala daerah yang wilayahnya memiliki
objek wisata untuk memantau dan meminta para wisatawan agar tidak mendekati
tempat-tempat yang rawan kecelakaan.
Ahli
planologi Fakultas Teknik Unwiku Ir Sunardi MT menjelaskan, putusnya sling
jembatan gantung itu merupakan cerminan umum masyarakat Indonesia.
"Masyarakat kita memang bisa membangun, tetapi sering mengabaikan
pemeliharaan," ujar dia, kemarin.
Ketua
Harian Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Didi Rudwianto mengatakan,
rehabilitasi terakhir jembatan gantung dilakukan pada tahun 2005 lalu. Hal itu
dilakukan untuk mempercantik wajah bangunan. Yakni, dicat dan dicek kondisi
kawat-kawat slingnya.
"Sejak dibangun hingga sekarang, sudah dua
kali diperbaiki, antara lain pada tahun 1988. Namun itu hanya untuk perawatan
dan pemeliharaan," ujar dia. Pemkab pun berencana membuat jembatan permanen
sebagai pengganti jembatan gantung. (G23,G22,shs,P16-42,46m)
Lokasi jembatan
gantung yang ambrol menjadi tontonan para pengunjung Lokawisata Baturraden,
Kamis (26/10). Para pengunjung kebanyakan melihat lokasi jembatan yang ambrol
itu dari Sungai Gumawang yang mengalir di bawahnya.(30a)
sipp eyang .... maju terus... aku ya wong ajibarang... blogku iki http://nawanzidane.blogspot.com/
BalasHapusInsha Allah lah mas Alika.. makasih atas kunjungane ....
Hapus