Minggu, 28 April 2013

Riyanto Pahlawan Tak Dikenal



(Dicuplik dari buku Cukilan Sejarah Pertempuran Prompong)

Masyarakat kelurahan Sumampir khususnya dan Purwokerto Utara pada umumnya telah mengenal benar bahwa jalan dari Pasar Cerme Purwosari ke arah timur sampai dengan simpang tiga jalan HR, Bunyamin adalah jalan Riyanto. Namun siapa sebenarnya Riyanto yang dijadikan nama jalan tersebut tidak banyak yang mengenalnya.
Riyanto adalah seorang pemuda asal Kelurahan Pabuwaran Purwokerto Utara, yang sekarang tepatnya di wilayah RT. 02 RW. 03. Pada waktu mudanya (umur 14 – 15 tahun atau usia kelas 2 – 3 SMP) bersama teman-temannya, yang antara lain Suparto dan Moh. Besar bergabung dengan kelompok Tentara Pelajar IMAM. Semula (September 1945) IMAM adalah kependekan dari Indonesia Merdeka Atau Mati, namun kemudian (Desember 1945) dengan penuh semangat mereka merubahnya menjadi Indonesia Merdeka Atau Merdeka.
Riyanto merupakan salah seorang putra dari 4 (empat) orang putra dan seorang putri dari bapak Sujonoparto, yang pada jaman pemerintah kolonial Belanda adalah seorang guru yang sering dicari-cari oleh Belanda karena dengan tulisannya di beberapa majalah membakar semangat para pemuda untuk melawan Belanda.
Sebagai pelajar yang bergabung menjadi anggota Tentara Pelajar, sudah barang tentu sering memolos sekolah untuk ikut bertempur. Beberapa palagan perang yang pernah diikuti oleh Tentara Pelajar IMAM antara lain: Ambarawa, Semarang Barat, Jakarta Tenggara, Bandung Timur, Cirebon dan di daerah Banyumas sendiri. Palagan terakhir yang diikuti Riyanto adalah Palagan Prompong pada hari Jum’at Paing tanggal 8 Agustus 1947 bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1366 H.
Dalam pertempuran Prompong (diperingati dengan pembangunan monumen tugu batu di desa Kutasari Kec. Baturaden) telah gugur antara lain Suparto dan Muhammad Besar, yang sekarang diabadikan namanya sebagai nama jalan masing-masing Suparto di desa Purwosari dan Muhammad Besar di desa Kutasari. Sedangkan anggota Tentara Pelajar IMAM yang lain termasuk pemuda Riyanto, kembali ke rumah masing-masing.
Pada hari Sabtu Pon, tanggal 9 Agustus 1947, dari rumahnya yang berjarak kira-kira 100 meter dari jalan raya Purwokerto – Baturaden, Riyanto dapat mengetahui bahwa banyak kendaraan militer Belanda yang patroli hilir mudik di jalan itu. Mengetahui akan hal tersebut, Riyanto berinisiatif untuk memasang ranjau-ranjau darat di jalan itu,
Malam harinya Riyanto dengan bantuan penduduk setempat memasang ranjau, tepatnya di dekat simpang tiga di grumbul Sokawera desa Rempoah. Pada esok harinya Riyanto bersama beberapa anggota tentara menunggu di bawah rumpun bambu. Sekitar jam 11.00 Minggu, 10 Agustus 1947 datang iring-iringan kendaraan militer Belanda dari arah Baturaden menuju ke selatan. Kendaraan pertama selamat, namun kendaraan di belakangnya ya penuh tentara Belanda melanggar ranjau, hancur dan masuk sungai Galur di sebelah barat jalan.
Mengetahui hal ini Riyanto bersama teman-temannya segera mendekat untuk mengambili senjata. Tanpa diketahuinya datang bantuan tentara Belanda yang langsung membabi-buta menembaki mereka. Riyanto tidak sempat melarikan diri dan terkena tembak peluru Belanda. Riyanto gugur. Jenasahnya dimakamkan di pemakaman umum Pabuwaran. Sedangkan namanya di abadikan sebagai nama jalan di wilayah kelurahan Sumampir.
Makam Riyanto di TPU Pabuwaran Purwokerto Utara (dok. Eyang Nardi)
 
Memperhatikan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, maka pemberian nama jalan Riyanto untuk jalaur jalan yang sekarang, kiranya kurang tepat. Nama Riyanto akan lebih tepat kalau dipergunakan untuk menamai jalur jalan antara Pabuwaran sampai Rempoah. Berawal dari desa kelahirannya sampai desa tempat kematiannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar