Menggugat sejarah.
Jum’at Manis 12 April 2013 malam
(dalam istilah Jawa, malem Setu Paing) di Pendopo Yudanegara, Kabupaten
Banyumas lama, diadakan pertemuan bertajuk Nglari Wanci Madege Banyumas, yang
berintikan mempertanyakan kembali ketentuan tentang hari jadi Kabupaten
Banyumas.
Pertemuan yang secara rutin
diselenggarakan oleh Setupa Mas, suatu paguyuban yang peduli terhadap budaya
Banyumas, mengangkat topik Nglari Wanci Madege Banyumas, berdasar keprihatinan
mengenai hari jadi Kabupaten Banyumas, 6 April 1582. Bahwa yang mendasari Perda
No 2 th 1990 tentang hari jadi Kabupaten Banyumas, adalah seminar sehari yang
proses memutuskannya dinilai sebagai ‘cacat’.
Dikatakan oleh Gito Sewoyo, seorang
pemerhati budaya yang juga peserta seminar tentang hari jadi Kabupaten
Banyumas,” Seminar dilaksanakan pada waktu Djoko Sudantoko menjabat Bupati
Banyumas, tepatnya hari Selasa Legi, 14 November 1989. Dalam seminar tersebut,
didatangkan salah seorang pakar kepurbakalaan, Prof. Sukarto Karto Atmojo dari
UGM Yogyakarta sebagai nara sumber utama.”
Menurut Gito Sewoyo, Prof. Sukarto
yang lulusan Universitas Leiden itu menyampaikan uraiannya berdasar buku ‘Inti
Silsilah’. Dalam buku lama tersebut ditemukan salah satu kalimat yang menjadi
dasar bahwa pada tahun 1582 Masehi, Warga Utama I, Adipati Wirasaba waktu itu,
membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat kabupaten, Banyumas salah satunya.
Dari situlah diputuskan bahwa hari
jadi Kabupaten Banyumas adalah tahun 1582. Yang menyebabkan Gito Sewoyo masygul
hingga kini, bahwa hasil seminar hanya memutuskan tahun pendirian Kabupaten
Banyumas, “Walaupun masih diragukan, karena tidak ada bahan pembanding.”
Tentang hari tanggal dan bulan yang menjadi kesepakatan seminar, hanya dari
dasar usulan yang tidak berdasar dan tidak ada hubungan langsung dengan sejarah
Banyumas.
Dalam keadaan demikian, seorang
Sugeng Priyadi, pemerhati sejarah, melakukan pelbagai upaya untuk mencari
keterangan dan bukti yang lebih valid tentang hari jadi Kabupaten Banyumas.
Dalam pencariannya, Sugeng Priyadi (sekarang Profesor dalam bidang sejarah),
menemukan salah satu bukti, di Museum Kalibening, Dawuhan. Kuncen museum
Kalibening, San Muhadi, menyimpan buku bertajuk Babad Banyumas. Dalam buku kuno
tersebut, dinyatakan dengan jelas bahwa pendirian Kabupaten Banyumas adalah
pada hari Rebo Pon, 27 Romadlon 98 Saka.
Pembicara berikutnya, Sunardi ST,
yang akrab disebut Eyang Nardi, sesepuh Paguyuban Setupa Mas, menambahkan
keterangan Gito Sewoyo. “San Muhadi juga mempunyai kerei kuno dengan lebar 25
cm dan panjang sekitar 2 meter. Di situ terdapat angka 1571/1582 yang sementara
ditafsirkan tahun 1571 hari lahir Kabupaten Banyumas dan tahun 1582 sebagai
tahun wafat Djoko Kaiman, Adipati Mrapat, Bupati Banyumas pertama.”
Berpedoman tanggal 27 Romadlon yang
terdapat dalam buku milik San Muhadi, Eyang Nardi yang pensiunan Dekan Fak
Teknik Unwiku, mencari konversinya dalam kalender Masehi. Dari beberapa
kalender abadi yang dipelajari, terdapat dua waktu yang berbeda. 22 Februari
1571 dan 4 Maret 1571. “Monggo utk para ilmuwan, sejarahwan dan yang peduli
Banyumas, untuk tetap mencari kebenaran tentang hari lahir Kabupaten Banyumas.”
Pertemuan Setupa Mas dengan tajuk
Nglari Wanci Madege Banyumas, yang dihadiri juga oleh anggota Pakem (Paguyuban
Kerabat Mataram), wakil dari Pemkab Banyumas, anggota DPRD dan banyak dari
kalangan muda, dibuka dan ditutup oleh Mas Nasirin, dengan alunan tembang
mocopat yang mendayu-dayu.
Rahayu. Rahayu. Rahayu Banyumas.
Di-copy
dari: pancasan.desa.co.id
Sarasehan Stupamas (Setu-paingan Banyumas) "Nglari Wanci Madege Banyumas" Setu Paing, 12 April 2013 di Pendapa Yudanegara (Duplikat Si Panji) Banyumas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar