RISALAH
SEKITAR HARI JADI
KABUPATEN BANYUMAS
SEKITAR HARI JADI
KABUPATEN BANYUMAS
Disusun oleh :
PANITIA KHUSUS HARI JADI
KABUPATEN BANYUMAS
PANITIA KHUSUS HARI JADI
KABUPATEN BANYUMAS
NO. N A M A JABATAN
1. M. KARSIDI KETUA
2. M. JUSUF M. WAKIL KETUA
3. SOENARTO MARTOWIJOTO PELAPOR
4. SUHARTO ABDUL AZIS ANGGOTA
5. KADI ARSAMENGGALA ANGGOTA
6. SOENARTO, BcHk ANGGOTA
7. SOEDARIS ANGGOTA
8. SOEMEDI, BSc ANGGOTA
9. HADI SUTIKNO ANGGOTA
1. M. KARSIDI KETUA
2. M. JUSUF M. WAKIL KETUA
3. SOENARTO MARTOWIJOTO PELAPOR
4. SUHARTO ABDUL AZIS ANGGOTA
5. KADI ARSAMENGGALA ANGGOTA
6. SOENARTO, BcHk ANGGOTA
7. SOEDARIS ANGGOTA
8. SOEMEDI, BSc ANGGOTA
9. HADI SUTIKNO ANGGOTA
MASA
BHAKTI TAHUN 1987-1992 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BANYUMAS
KABUPATEN BANYUMAS
RISALAH SEKITAR HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS
I. PENDAHULUAN
Sudah sewajarnyalah masyarakat
Kabupaten Banyumas ingin mengetahuimulai kapankah Kabupaten Banyumas ini
dibangun dan siapakah orang yangpertama kali membangun sebagai pendiri
Kabupaten Banyumas yang tentusaja mempunyai kepribadian khusus yang dapat
menumbuhkan rasa banggadiri dan ingin meneladani sikap dan perbuatan serta
patriotismenya.
Tentu saja yang diinginkan adalah waktu silam yang setua mungkin danIndonesia sentris.
Tentu saja yang diinginkan adalah waktu silam yang setua mungkin danIndonesia sentris.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumasmenyadari bahwa sampai dengan tahun 1988
secara resmi Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas belum mengetahui kapan Hari
Jadi Kabupaten Banyumas dan siapakah Adipati I (Bupati I Kabupaten Banyumas).
Dengan kesadaran inilah maka DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
membentuk dan menugaskan kepada Panitia Khusus Hari Jadi Kabupaten Banyumas untuk mencari Hari Jadi Kabupaten Banyumas tersebut dengan SK DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor : 172/09/1988 tanggal 11 Oktober 1988.
membentuk dan menugaskan kepada Panitia Khusus Hari Jadi Kabupaten Banyumas untuk mencari Hari Jadi Kabupaten Banyumas tersebut dengan SK DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor : 172/09/1988 tanggal 11 Oktober 1988.
Disamping SK Dewan tersebut, DPRD
Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas juga meminta bantuan kepada Sdr. Drs MM.
Sukarto K. Atmodjo dari Sub Balai Arkeologi Nasional di Yogyakarta dengan
suratnya tangal 30 Nopember 1988 Nomor : 170/1335/51-88 agar beliau bersedia
membantu Panitia Khusus Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang telah dibentuknya.
Dengan dasar SK tersebut maka
Panitia Khusus yang terdiri dari 9 orang anggota Dewan dan dibantu oleh pakar
arkeologi dari Yogyakarta mulailah melaksanakan tugasnya dengan jalan :
1.
Wawancara dengan tokoh masyarakat
dan budayawan, terutama yangdiduga masih keturunan atau ahli waris dari Adipati
I (Bupati I Kabupaten Banyumas).
2.
Melaksanakan research lapangan dan
perpustakan, terutama naskah-naskahkuno.
3.
Melaksanakan pengeboran dan
penggalian (ekskavasi).
4.
Mencari data di luar daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas yangdiduga masih ada keterkaitan dengan
berdirinya Kabupaten Banyumas.
5.
Menyelengarakan seminar pada tangal
14 Nopember 1989.
Dari hasil tersebut kemudian diolah
dengan sistematika sebagai berikut :
I. Pendahuluan.
II. Bab I
Beberapa kriteria pokok penentuan
Hari jadi, Sumber dan Mitologi atau dongeng yang tersebar di masyarakat.
III. Bab II
A.
Tempat awal pemerintahan dan nama
Banyumas.
B.
Hubungan antara Mataram I,
Majapahit, Pakuan Pajajaran, Pajang dan Banyumas.
C.
Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman
(Adipati Marapat).
IV. Bab III
1. Kesimpulan.
2. Penutup.
Kami buat sistematika semacam itu dengan harapan semoga para pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan memahaminya.
II.
BAB I
Beberapa kriteria pokok penetuan Hari Jadi, Sumber dan Mitologi serta Dongeng yang tersebar di masyarakat.
Penentuan Hari Jadi suatu daerah,
kota atau kabupaten harus memperhatikan beberapa kriteria pokok antara lain :
1.
Dicari yang setua mungkin.
2.
Mampu menimbulkan rasa bangga
(pride) penduduk dan warga masyarakat seluruhnya.
3.
Mempunyai ciri khas atau identitas
yang jelas, misalnya sifat gotong royong, tolong menolong, kesetiaan kepada
Pemerintah (raja, pemimpin), pejuang yang heroik, cinta kasih, ksatria,
altruisme (memikirkan orang lain tidak mementingkan diri sendiri), tidak serakah
dan bersifat pinandhitaserta wicaksaneng naya (bijaksana dalam memimpin).
4.
Bersifat Indonesia sentris dan bukan
Neerlande sentris, artinya menjadi Adipati/Bupati bukan diangkat oleh Gubernur
Jenderal Belanda, tetapi diangkat oleh Pemerintah/Raja yang berkuasa sebelum
datangnya Belanda tersebut.
Untuk memenuhi kriteria tersebut,
sumber prasasti (epigraf) dan naskah kuno (manuskrip) yang langsung berkaitan
dengan Banyumas atau Wirasaba dan atau langsung yang berkaitan dengan Adipati
Marapat (R. Djoko Kahiman atau Adipati Wirasaba VII) sampai sekarang belum
dapat diketemukan.
dapat diketemukan.
Adipati Marapat inilah yang membagi
daerah kekuasaan Wirasaba dibagi menjadi 4 daerah diberikan kepada
Saudara-saudaranya yaitu :
1.
Bandjar Pertambakan kepada Kjai
Ngabehi Wirojoedo;
2.
Merden kepada Kjai Ngabehi
Wirokoesoemo;
3.
Wirasaba kepada Kjai Ngabehi
Wargowidjojo dan
4.
Beliau sendiri sebagai Adipati
Wirasaba VII yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II kembali ke daerah asalnya
yaitu Kejawar (Banyumas).
Perlu diketahui bahwa walaupun tiga
saudara dari Wargo Oetomo II diberi wilayah/daerah, tetapi ketiga Saudara
tersebut tetap tunduk kepada Adipati Wargo Oetomo II yang diangkat sah oleh
Sultan Pajang.
III.
BAB II
A. Tempat awal pemerintahan dan nama Banyumas.
Menurut penelitian, maka hutan
Mangli daerah Kejawar sebagai tempat pertama dibangunnya pusat pemerintahan
Adipati Wargo Oetomo II setelah meninggalkan Wirasaba.
Menurut riwayat yang juga dipercayai
masyarakat, beliau menerima wisik supaya pergi ke suatu tempat tumbuhnya pohon
Tembaga. Di hutan Mangli inilah diketemukan pohon Tembaga yang dimaksud ; yaitu
di sebelah Timur pertemuan sungai Pasinggangan dan sungai Banyumas.
Kemudian mulailah dibangun tempat tersebut sebagai pusat pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai Mranggi Semu di Kejawar. Ketika sedang sibuk-sibuknya membangun pusat pemerintahan itu, kebetulan pada waktu itu ada sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon
tersebut namanya pohon Kayu Mas yang setelah diteliti berasal dari Desa Karangjambu (Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kabupaten Purbalinga), sekarang sebelah timur Wirasaba. Anehnya kayu tersebut terhenti di sungai Serayu dekat lokasi pembangunan pusat pemerintahan. Adipati Marapat tersentuh hatinya melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil Kayu Mas tersebut untuk dijadikan Saka Guru. Karena kayu itu namanya Kayu Mas dan hanyut terbawa air (banyu), maka pusat pemerintahan yang dibangun ini kemudian diberi nama Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan Kayu Mas)).
Kemudian mulailah dibangun tempat tersebut sebagai pusat pemerintahan dengan dibiayai oleh Kjai Mranggi Semu di Kejawar. Ketika sedang sibuk-sibuknya membangun pusat pemerintahan itu, kebetulan pada waktu itu ada sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon
tersebut namanya pohon Kayu Mas yang setelah diteliti berasal dari Desa Karangjambu (Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kabupaten Purbalinga), sekarang sebelah timur Wirasaba. Anehnya kayu tersebut terhenti di sungai Serayu dekat lokasi pembangunan pusat pemerintahan. Adipati Marapat tersentuh hatinya melihat kejadian tersebut, kemudian berkenan untuk mengambil Kayu Mas tersebut untuk dijadikan Saka Guru. Karena kayu itu namanya Kayu Mas dan hanyut terbawa air (banyu), maka pusat pemerintahan yang dibangun ini kemudian diberi nama Banyumas (perpaduan antara air (banyu) dan Kayu Mas)).
B. Hubungan antara Mataram I,
Majapahit, Pakuan Pajajaran, Pajang dan Banyumas.
Perlu diterangkan terlebih dahulu
bahwa yang dimaksud dengan hubungan disini terutama kaitan antara daerah
Banayumas dengan beberapa negara (kerajaan) sebelumnya. Banyumas bukannya
timbul secara tiba-tiba, tetapi mempunyai alur yang cukup panjang.
Dalam cerita babad terkaitlah
sejarah Banyumas dengan Majapahit (Raden Aria Baribin) dan Pakuan Pajajaran,
tetapi keterkaitannya dengan Mataram I (Mangli) tidak tercatat. Bahkan
masyarakat mengira/mungkin hanya mengetahui bahwa Banyumas baru tampil
dipanggung sejarah sejak Raden Djoko Kahiman (Wargo Oetomo II) mendirikan
Banyumas sekitar tahun 1582 M.Tetapi berdasarkan data arkeologi ternyata daerah
DAS Serayu telah tampil dalam sejarah sejak zaman Nirloka (Prehistori, temuan
artefak batu berupa kapak neolotikum) dan juga zaman Mataram I (temuan
prasasti, perhiasan mas dan arca batu). Pada zaman Mataram I, bangunan Serayu
pasti merupakan jalur lalu lintas perdagangan sungai yang ramai. Banyak
pedagang yang hilir mudik melintasi sungai Serayu.
Hubungan Banyumas dengan Majapahit
dan Pakuan Pajajaran, diuraikan dalam Babad Banyumas, yaitu Raden Aria Baribin
putra Brawidjaja IV (adik Brawidjaja V) pergi meninggalkan Majapahit, karena
akan dibunuh secara diam-diam oleh kakaknya sendiri yaitu Brawidjaja V karena
dikhawatirkan kalau-kalau akan merebut kekuasaan. Dalamperjalanannya menuju
Pakuan Pajajaran beliau singgah di Bagelan dan bermalam di rumah Ki Ageng
Kaleng, kemudian terus ke Ngayah dan melanjutk n ke Kejawar singgah di rumah Ki
Ageng Mranggi (orang tua Raden Djoko Kahiman). Dari Kejawar kemudian
melanjutkan perjalanannya menuju Pasir Luhur dan baru meneruskan ke Pakuan
Pajajaran menjadi seorang petapa yang terkenal dengan nama Raden Aria Baribin
Pandhita Putra.
Hubungan antara Banyumas dengan
kerajaan Pajang yang sudah beragama Islam sudah cukup jelas, karena Adipati
Wargo Oetomo II diangkat oleh Sultan Pajang yaitu Hadiwidjaja yang meninggal
pada tahun 1587 M, menjadi Adipati Wirasaba VII yang kemudian pindah ke Kejawar
(hutan Mangli). Selanjutnya Kadipaten (Kabupaten) Banyumas menjalin hubungan
dengan kerajaan Mataram II (Islam).
C.
Riwayat
singkat Raden Djoko Kahiman (Adipati Marapat).
Riwayat Djoko Kahiman atau Raden
Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo Banjaksosro Adipati Pasir Luhur yang
sejak kecil diasuh dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai Mranggi Semoe di
Kejawar. Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta dan Njai Mranggi
adalah Njai Ngaisah.
Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa
lalu mengabdikan dirinya pada Kjai Adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo
Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I,
dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.
Suatu ketika Adipati Wirasaba
mendapat titah Sultan agar mempersembahkan salah seorang putrinya untuk
dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya yang
bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan dengan
putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, namun setelah dewasa Rara Soekartijah
menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum berkumpul.
akit hati Ki Ageng Tojareka kemudian
membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan Pajang dan menyuruh Gandek supaya
membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa penelitian terlebih
dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang, kemudian menyuruh
Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya membatalkan rencana membunuh
Adipati Wargo Oetomo I, namun sudah terlambat.
Tempat terjadinya di Desa Bener,
maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener,
sedangkan makam beliau di pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas,
sekarang masuk wilayah Purworejo Klampok. Penyesalan Sultan Pajang kemudian
menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan
Pajang, namun semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang berani menghadap,
akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga,
berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden
Djoko Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII dengan gelar Adipati
Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat
karena kesalahpahaman. Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan KadipatenWirasaba
kepada Wargo Oetomo II.
Dengan kebesaran jiwanya Adipati
Wargo Oetomo II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri),
karena beliau adalah anak mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk
membagi daerah kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah. Menurut penelitian dan
hasil seminar, hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden Djoko Kahiman
menjadi Adipati Wirasaba VII yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II adalah :
Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 H bertepatan dengan tanggal 6 April
1582 M. Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah diangkat
menjadi Adipati Wirasaba VII, beliau membagi daerah kekuasaannya menjadi empat,
yaitu :
1.
Banjar Pertambakan diberikan kepada
Kjai Ngabehi Wirojoedo.
2.
Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi
Wirokoesoemo.
3.
Wirasaba diberikan kepada Kjai
Ngabehi Wargowidjojo.
4.
Sedangkan beliau merelakan kembali
ke Kejawar dengan maksud mulai membangun pusat pemerintahan yang baru.
Ketiga saudaranya berterimakasih dan
tetap tunduk kepada AdipatiWargo Oetomo II yang diangkat sah oleh Sultan
Pajang.
IV.
BAB III
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas, maka
dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hari Jadi Kabupaten Banyumas adalah
hari Jumat Kliwon, tanggal 12Rabiul awal 990 Hijriyah bertepatan dengan 6 April
1582 Masehi.
2. Adipati I (Bupati I Banyumas) ialah
Raden Djoko Kahiman putraBanjaksosro dari Pasir Luhur yang kemudian diambil
anak angkat oleh Kjai Mranggi Semoe di Kejawar, menjadi menantu Adipati
Wirasaba (Adipati Wargo Oetomo I) kemudian diangkat menjadi Adipati Wirasaba
VII oleh Sultan Pajang, yang akhirnya membagi wilayah kekuasaan Wirasaba
menjadi empat daerah, sehingga beliau terkenal dengan sebutan Adipati Marapat.
3. Daerah yang pertama kali dibangun
sebagai pusat pemerintahan ialah hutan Mangli daerah Kejawar dan sekarang
terletak di Desa Kalisube Grumbul Mangli, Kecamatan Banyumas.
B. Penutup.
Demikianlah risalah ini kami susun
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Peraturan Daerah yang telah
ditetapkan tentang Hari Jadi Kabupaten Banyumas.
Purwokerto,
Jumat Kliwon 16 Pebruari 1990
PANITIA KHUSUS
HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS
DPRD KABUPATEN DATI II BANYUMAS
HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS
DPRD KABUPATEN DATI II BANYUMAS
PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK
BERDIRINYA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582 S/D SEKARANG
1.
R. Djoko Kahiman, Adipati Warga
Utama II (1582-1583)
2.
R. Ngabehi Merta Sura (1583-1600)
3.
R. Ngabehi Merta Sura II, Ngabehi
Kalidethuk (1601 - 1620)
4.
R. Adipati Mertayuda I, Ngabehi
Bawang (1620 - 1650)
5.
R. Tumenggung Mertayuda II, R.T Seda
Masjid/RT. Yudanegara I (1650 -1705)
6.
R. Tumenggung Suradipura (1705 -
1707)
7.
R. Tumenggung Yudanegara II, RT.
Seda Pendapa (1745)
8.
R. Tumenggung Reksa Praja (1749)
9.
R. Tumenggung Yudanegara III (1755)
kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta dan bergelar Danureja I
10.
R. Tumenggung Yudanegara IV (1780)
11.
R. Tumenggung Tejakusuma, Tumenggung
Keong (1788)
12.
R. Tumenggung Yudanegara V (1816)
13.
Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara
(1816 - 1830) Kanoman : R. Adipati Broto Diningrat (RT. Martadireja)
14.
RT. Martadireja II (1832 - 1882)
kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang)
15.
R. Adipati Cokronegara I (1832 -
1864)
16.
R. Adipati Cokronegara II (1864 -
1879)
17.
Kanjeng Pangeran Arya Martadiredja
III (1879 - 1913)
18.
KPAA Ganda Subrata (1913 - 1933)
19.
RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 -
1950)
20.
R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 -
1953)
21.
RE. Budiman (1953 - 1957)
22.
M. Mirun Prawiradireja (30 Januari
1957 s/d 15 Desember 1957)
23.
R. Bayu Nuntoro (15 Desember 1957 -
1960)
24.
R. Subagyo (1960 - 1966)
25.
Letkol Inf. Soekarno Agung (1966
-1971)
26.
Kol. Inf. Pudjadi Jaring Bandayuda
(1971 - 1978)
27.
Kol. Inf. RG. Rudjito (1978 - 1988)
28.
Kol. Inf. Djoko Sudantoko, S.Sos.
(1988 -
Bapak Gito Sewojo, salah seorang peserta Seminar Sehari Tentang Hari Jadi Kab. Banyumas
Monumen Hari Jadi Kab. Banyumas, 6 April 1582
Tidak ada komentar:
Posting Komentar